Wanita : “Saudara sekalian mohon perhatian!“
(Para badut tak menghiraukan).
Wanita : “Mohon perhatian.”
(Para badut tetap acuh).
Wanita : (Marah) “Perhatiaaaan !!! “
(Serentak para badut menoleh kepada wanita).
Wanita : (Tegas) “ Terima kasih! Saudara sekalian! Selamat datang! Selamat bergabung dengan partai kacang, partai yang akan mewujudkan mimpi anda meraih kedudukan tinggi dan materi yang berlimpah. Memenuhi perut anda dengan segala keinginan, tapi tentunya tetap memikirkan rakyat…kalau sempat…!. Partai kacang memang bukan partai kacangan! Hidup kacang! Hidup kacang! “
(Para badut berteriak kegirangan dan bertingkah konyol).
Wanita : “Tenang semua! Tenang! Tenang! Saya akan memeriksa bekal dan kekayaan anda untuk menuju kesuksesan, bukankah kesuksesan membutuhkan pengorbanan?”
(Segera badut-badut memperlihatkan bekal berupa koper-koper berisi uang dan materi lain. Wanita memeriksa satu persatu (seperti memeriksa karcis). Sampai pada satu badut yang di bangku pojok yang tak berdasi hanya sarung di tubuhnya).
Wanita : “Mana bekalmu?”
Badut bersarung : (Menyodorkan periuk nasi dan jerigen BBM). “ Ini !”
Wanita : “Hah !! Apa ini ?”
Badut bersarung : “Ini adalah suara rakyat tuan! Mereka menderita karena kelaparan dan terbebani oleh harga BBM yang tinggi!”
Wanita : “Ini yang akan kau jadikan bekal untuk sukses ?”
Badut I : (Menengok dari kursi depan). “ Hari gini mikirin rakyat !!”
Badut II : (Menyindir) “Ngenyangin perut sendiri aja susah, pake mikir rakyat segala.”
Badut bersarung : “Saya wakil daerah, banyak aspirasi yang saya bawa melalui partai ini.”
Wanita : (Bijaksana) “Saudara! Berpolitik itu tidak cukup modal dengkul saja! Menyampaikan aspirasi kok tanpa modal! (Menghadap badut-badut yang lain). Tapi saudara-saudara kita acungi jempol untuk saudara ini, dia tulus membela rakyat.”
(Badut-badut tertawa kegirangan (mengejek) ).
Wanita : (Mendekatkan wajahnya ke badut bersarung). “Keluar! Tak ada tempat buat orang kere di partai ini!”
(Wanita menendang badut bersarung keluar gerbong (ke arah penonton) dan badut-badut yang lain tertawa terbahak-bahak).
Wanita : “Gabung sana jadi penonton.”
Wanita : “Saudara-saudara maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi! Silahkan menikmati kembali kenyamanan yang disediakan! Partai ini mengutamakan kader-kader yang layak.”
(Wanita keluar menuju gerbong yang lain. Sementara beberapa orang penjual masuk. Mereka menawarkan jabatan bupati, gubernur, DPRD, DPR kepada para badut. Sehingga gerbong menjadi tempat transaksi antara badut-badut dan penjual jabatan).
Suasana gerbong menjadi ramai beberapa saat, hingga kembali tenang dan badut sibuk dengan kegiatannya masing-masing (berlatih menjadi penguasa). Setelah beberapa saat gerbong berjalan).
(Latar : “Kereta ekspress partai kacang masuk ke stasiun daerah istimewa, bagi para penumpang yang sudah membeli kursi dewan, bupati, dan gubernur di daerah ini silahkan turun dan menikmati jabatan yang sudah ada! Ingat! Jangan menjadi kacang lupa kulitnya ya!).”
(Tiga orang badut keluar meninggalkan gerbong. Tak lama kemudian, suara kereta kembali terdengar tanda kereta kembali berangkat. Tak berapa lama, tiba-tiba kereta mengerem mendadak seputar saja semua badut terguling dari pintu luar kereta (arah penonon) masuk badut wanita dengan membawa make up dan tas kecil di tangan).
Badut wanita : (Dari arah penonton) “Permisi! Permisi! Numpang lewat!”
Badut III : (Marah) “Ada apa ini ? Kok mendadak berhenti!”
(Badut wanita masuk gerbong)
Badut I : “Oh! Ternyata artis ibukota ya! “
Badut II : “Wah bagus nih! Ada suasana baru di sini.”
Badut III : “Dia itu juru kampanye ya ?”
(Wanita pramugari masuk)
Wanita : “Maaf atas ketidaknyamanannya saudara-saudara, perkenalkan ini caleg dari partai kita, anda tentu sudah kenal!”
Badut I : “Jadi dia bukan jurkam?”
Badut II : “Wah terancam posisi kita di sini.”
Badut III : “Kok bisa sih mendadak jadi caleg, gak pake pengkaderan seperti kita?”
Wanita : “Tenang! Tenang! Saudara-saudara ini dilakukan untuk mendongkrak popularitas partai kita, biar tambah cepat sukses.”
Badut II : “Tapi posisi kita gimana ?”
Badut wanita : “Justru sayalah jalan sukses anda, partai kita akan tambah banyak pendukung karena saya di sini, mari kita goyang istana.”
(Latar : lagu dangdut “Goyang Dombret”)
(Badut wanita dan badut-badut yang lain bergoyang, bak terjadi pesta di gerbang. Namun keriuhan pesta berakhir saat kereta tiba-tiba mengerem mendadak. Dari pintu depan gerbong masuk wanita dan eorang badut pendek).
Wanita : “Maaf sekali lagi! Kita kedatangan tamu lagi (menunjuk badut pendek). Perkenalkan ini putra dari petinggi partai kita.”
Badut I : “Wah, perhatian sekali petinggi partai ini, sampai-sampai mengirim keluarganya menengok kita.”
Badut II : “Dia jurkam juga ?”
Badut pendek : “Saya juga caleg seperti saudara-saudara.”
Badut III : “Apa-apaan ini! Tadi artis sekarang anak bau kencur jadi caleg.”
Badut I : “Posisi kita tetap aman kan?”
Wanita : “Posisi anda aman, tapi ada sedikit perubahan dan kebijakan partai.”
Badut II : “Perubahan apa ?”
Wanita : “Ini tentang urutan daftar caleg baru, ada pergantian posisi. No.1 akan diisi oleh tuan ini (menunjuk badut pendek) dan No.2 nyonya itu.” (menunjuk badut wanita)
Badut I : “Terus kita gimana ?”
Wanita : “No.urut saudara-saudara diturunkan 2 posisi.”
Badut II : “Kok bisa begitu, gak adil.”
Badut III : “Iya enak saja! Baru masuk partai sudah ada di posisi atas.”
Wanita : ”Kebijakan ini hanya untuk mendongkrak partai kita.”
Badut III : (Marah) “ Pokoknya tidak bisa, kita harus tetap di atas. Bukan begitu saudara-saudara ?” (menoleh ke badut I dan II )
(Ternyata badut I dan II diam saja)
Badut III : “Ada apa dengan kalian ?”
Badut I : “Kalau saya nurut saja, ini kan juga demi kesuksesan kita.”
Badut II : “Bodoh amat! Pokoknya saya tetap bisa ke istana.”
Badut III : “Dasar boneka partai. Kalau begitu saya turun di sini! Tapi ingat saya akan bikin gerbong tandingan.”
Badut pendek : “Bikin sana kalau bisa! Dasar badut bodoh!”
Badut III keluar dengan muka merah. Tak lama berselang kereta kembali berangkat dan pesta kembali dimulai. Di tengah-tengah pesta (Latar : “Kereta memasuki pemberhentian terakhir di gedung dewan. Bagi para penumpang, silahkan menempati kursi empuk di gedung dewan! Jangan lupa kontribusinya bagi partai).”
Semua penumpang turun, tinggal pramugari di dalam.
Wanita : “Semua sudah sukses! Tinggal mengisi gerbong dengan harta benda, hasil bumi dan uang rakyat dari anggota partai yang ada di dewan.”
(Lampu perlahan padam)
(Latar : “Tung…tung…tung…kereta dalam perbaikan, gerbong akan diganti dengan gerbong emas!” )
Dari arah penonton terdengar keras suara pedagang koran.
Pedagang koran : “Koran! Koran! Berita hangat! Berita hangat! Anggota DPR mengesahkan UU kenaikan BBM, anggota dewan dari partai kacang tersangkut korupsi. Ayo! Ayo! Berita hangat! Berita hangat!
Lampu kembali menyala di gerbong. Terlihat wanita pramugari sibuk membakar berkas-berkas.
Wanita : “Ini yang akan bikin partai hancur. Musnahkan saja.! Dengan ini partai aman kacang akan terus tumbuh jadi emas! Ha….ha…ha…
(Lantunan lagu UUD by Slank kembali menggema menutup sebuah kisah kebobrokan di negeri ini).
By. Jala'e SUA
Free Template Blogger Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
2 komentar:
sebuah kehidupan memang butuh perjuangan'
tapi tidak harus diperjuangkan dengan cara kita sendiri'
karena tampat beradanya warna dan arah yang berbeda'
dan semua bisa berubah dengan waktu dan arahnya'
seseorang dengan kepandaiannya dapat merubah seperti yang di inginkannya.
walau tanpa harus dengan bantuan seorang sekalipun,
apa yang dilihatnya menjadi ide untuk disegerakan.
apa yang berada paling didekatnya menjadi sumber bagi semua hayalannya.
tak jauh darinya banyak sekali dan bahkan sampai tak terhitung dan tiada lekas habis untuk diselesaikan.
sedemikian banyak darinya yang di lupakan juga tak sempat untuk diingatnya,
menjadi bahan keluaran air mata.
"jangan meraih yang tak dapat dijangkau oleh tangan mu"
hingga segudang karya dari imajinasi bermunculan dikenal banyak orang.
membuat ia berada pada ujung tanduk yang tumpul
yang sewaktu - waktu dapat membuatnya jatuh tergantikan oleh orang yang sama seperti ketika ia muda.
"bidin Mei 2010"
Posting Komentar