" Kami Tantang Kalian Untuk Selalu Berkarya...!!"
______________________________________________

Selasa, 18 Oktober 2011 MENCARI LILIS SUKMA AYU

 Pemain:
Elis: pemarah, pemmurung, depresi
Ajeng: manja, pendiam
Bonbon: sok pintar, gendut, ceria
Gogon: lugu, penakut, gendut
Ayah: bijaksana
Ibu: lemah lembut
Nenek: baik, tegas
Dokter: sabar, bijak
Suster: berani, pintar
Pembantu: sok tahu, baik
                                         Satpam: baik
                                         Security: tegas
 

ADEGAN I
Panggung gelap. Tiba-tiba lampu menyala menyoroti seseorang yg tergeletak. Seorang perempuan. Ia terbangun secara tiba-tiba, melihat sekitar dengan pandangan takut dan bingung. Berkali-kali menggenggam tangannya sambil tolah-toleh. Ia semakin takut dengan melihat sekitarnya yang penuh  ceceran darah. Napasnya semakin cepat, matanya semakin terbelalak, tangannya menutupi mulutnya seakan tak percaya. Tapi ia merasakan lain. Tangannya lengket dan basah. Perlahan ia melihat ke arah tangannya. Ia kembali terbelalak mengetahui tangannya penuh dengan darah. Perlahan ia mundur dengan tangan bergetar sambil kembali mengingat apa yang terjadi. Ia memejamkan mata dan tangannya mencengkram kepalanya dengan kuat sambil memukul-mukul kepala mencoba mengingat. Matanya kembali terbuka. Ia beringsut cepat. Tubuhnya lemas tapi tangannya tetap bergetar. Matanya mulai merah karena tangis.
Elis: ap..apa…apa yang terjadi??(memeluk lututnya) aku…aku tidak mebunuh siapapun…aku yakin…aku gadis yang baik…aku bahkan paling dimanja di keluarga ku. Ibu sangat menyayangiku dan memuji kepandaian ku memasak, ayah…dia selalu kagum pada hasil jahitan ku. Dan nenek…terkadang dia menarik hidungku, tapi itu karena gemas dengan kecantikanku…lalu kakak…kakak…yah…dia…dia berbeda. Dia membenciku, yah…dia iri padaku karena lebih disayang keluarga. Pandangan matanya selalu tajam padaku. Yah…pasti dia. Hoh…apa yang dia lakukan pada ayah, ibu, dan nenek???
Lampu menerangi isi panggung. Berantakan dan darah tercecer di mana-mana. Perempuan itu kembali kaget.
Elis: apa-apaan semua ini?? Kakak…kau keterlaluan. Apa yang kau lakukan?? (menjerit)
Perempuan itu bergegas keluar panggung. Panggung tetap berantakan dan masih berlumuran darah. Dari tumpukan barang tampak sesuatu yang bergerak. Kemudian terlihat tangan yang keluar dari tumpkan barang. Tangan yang berlumuran darah juga. Sama seperti perempuan tadi, tapi yanng ini...memegang golok. Itukah sang kakak yang disebut-sebut oleh perempuan tadi? Panggung kembali gelap.
 

ADEGAN II
Panggung kembali nyala, tapi kali ini nuansanya putih dan rapih. Terlihat ada seorang perempuan yang terduduk diam. Lututnya tertekuk dan jemarinya mengetuk-ngetuk lantai. Pandangannya kosong. Mulutnya tertutup tapi tampak dia sedang menyenandungkan sesuatu. Sesekali dia tersenyum lembut sambil menggoyang-goyangkan badannya kekiri kekanan dengan memiringkan kepala. Tapi kemudian sambil bersenandung ia menangis dan menjerit. Ia mencengkram kedua lututnya. Dan tertunduk diam. Sesekali tertaawa dalam tundukannya.
Dua orang berpakaian putih-putih masuk dengan membawa catur dan congklak. Laki-laki dengan badan yang besar-besar.
Bonbon: hey....kenapa kamu ikuti aku? Pergi sana, cari tempat lain. Aku mau main catur dengan Ajeng. Kemarin dia berhasil mengalahkan aku.
Gogon: idih ge-er. Bukan aku yang mengikutimu tapi kamu tau. Lagi pula aku mau tanding lagi sama Ajeng. Dua hari yang lalu dia juga berhaasil mengalahkanku.
Bonbon: tapi kan kamu bermain congklak?
Gogon: terus kenapa? Kamu juga bermain catur.
Bonbon: congklak permainan anak cewek.
Gogon: ajeng kan cewek.
Bonbon: tapi kamunya kan laki-laki. Bagaimana sih.
Gogon: yang penting lawannya cewek. Lagian kan catur permainan laki-laki.
Bonbon: karena aku kan emang laki-laki.
Gogon: tapi masalahnya Ajeng itu cewek.
Bonbon: kok sepertinya ada yang salah sih?
Gogon: memang ada yang salah. Lihat yang kau bawa itu bukan bidak catur, tapi stempel-stempel rumah sakit!!!
Bonbon: bukan itu...pasti kita salah memilih permainan. Harusnya bukan catur atau congklak, tapi lompat tali. Kita harusnya bermain lompat tali. Itu permainan laki-laki dan perempuan. Pagi2 ayah pernah lompat tali.
Gogon: bukannya ayah mu meninggal saat kamu dalam kandungan??
Bonbon: oh y? Oh kalau begitu itu pasti ayahmu...
Gogon: kita kan bukan tetanngga...kita saling kenal di sini....
Bonbon: lalu itu ayah siapa??
Gogon: bisa saja itu ayah adikmu...
Bonbon: aku anak tunggal...aduh pusing...
Gogon: itu karena badan mu gendut jadi susah berpikir...
Bonbon: badanmu juga kan gendut...kau bahkan mirip ade namnung
Gogon: kau mirip ucok baba...
Bonbon: ucok baba itu kecil...aku itu mirip dumbledore....
Dokter: (datang mem bawa map) ssstt....bonbon...gogon...kalian berisik. Kalian pasti mau mengganggu ajeng lagi. Sana keluar.
Gogon: tunggu dulu...sebelum keluar...diantara kami siapa yang paling gendut??
Dokter: (menghela napas) kamu
Gogon: yes... saya paling gendut, hore saya menang....(keluar)
Bonbon: dokter jahat!! Saya kan juga tidak kalah gendut?(menangis kemudian keluar)
Dokter: (menggeleng melihat kelakuan bonbon dan gogon) Ajeng…
Ajeng: (masih menunduk dengan lutut tertekuk)
Suster: mungkin ajeng tertidur dok?
Dokter: tangannya masih mengatuk-ngatuk ke lantai, kau lihat?
Suster: benar... jangan-jangan dia ’mulai’ lagi? Ini gawat...apa harus memanggil yang lainnya dok?
Dokter: tidak usah sus... jangan cemas...kita perlahan saja mendekatinya (menghampiri ajeng dan ikut berjongkok) ajeng...
Suster: ajeng...hey...sri ajeng yudhayani, kau dengar?
Ajeng: (mengangkat kepala perlahan dengan tatapan tajam ke depan kemudian menoleh ke arah suster dan tersenyum sinis) panggil aku Ajeng saja...berani sekali kau memanggilku dengan nama itu...apa kau bosan hidup??mungkin kau mau mati ya?(berdiri dan hendak mencekik suster)
Dokter: ajeng hentikan....berhenti...(memegang kedua tangan ajeng)
Ajeng: (emosinya reda, kali ini memandang wajah dokter) apa dokter menyukaiku?
Dokter: (melepas tangan ajeng) sudah hentikan.
Ajeng: doter tampan juga ya? (tersenyum)
Suster: ajeng…duduk…
Ajeng: rupanya kau cemburu ya sus?
Doter: ajeng…saya mendapat informasi mengenai keberadaan Elis…
Ajeng: elis?(emosinnya melemah, matanya berair)
Suster: iya...elis...sri elis yudhayani, saudara tirimu.
Ajeng: jangan sebut dia seperti itu....dia tidak pantas menyandang nama keluargaku..di mana dia??
Dokter: manurut informasi... dia pernah kemari dan mencari seseorang...
Ajeng: tentu saja...tentu saja...dia pasti ingin menemuiku...dia pasti ingin membunuhku...tidak tidak...akulah yang akan membunuhnya terlebih dahulu...aku...
Suster: bukan...dia kemari bukan mencarimu....tapi mencari lilis sukma ayu...
Ajeng: lilis sukma ayu?
Dokter: yah...dia kemari mencari lilis sukma ayu...apa kau mengenal nama itu??
Ajeng: lilis sukma ayu...(tertawa) lilis sukma ayu...bohong!!!dokter dan suster bohong!!! Elis tidak mungkin mencari lilis sukma ayu.....kalian bohong!!
Suster: tapi menurut informasi memang benar...kemarin orang bernama sri elis yudhayani kemari dan mencari perempuan bernama lilis sukma ayu...
Ajeng: tidak mungkin!!!bohong!!!!
Dokter: tenang ajeng....
Suster: tapi setelah kami memeriksa ke seluruh pasien di sini... tidak ada yang bernama lilis sukma ayu...tapi dia meyakinkan diri bahwa gadis bernama lilis sukma ayu pernah dirawat disini....
Ajeng: kalian benar-benar pembohong besar....katakan di mana elis sekarang!!!
Dokter: ajeng tenang!! Suster... panggil security...
Suster memanggil security kemudian mengamankan ajeng.
 

ADEGAN III
Masih tempat yang sama. Namun panggung kosong. Dokter, suster, security, dan ajeng tidak lagi disitu. Seorang perempuan masuk dengan mengendap-endap. Dia memakai topeng untuk menyamar agar tidak ketahuan. Melangkah perlahan dan menoleh melihat sekitar. Sepi. Dia sampai ketengah panggung dan hendak melepaskan topengnya, tapi ada derap langkah tergesa-gesa menuju ruang tersebut.
Gogon: ajeng!!! Ayo main congklak....bonbon sedang tidak ada....dia pasti sedang terapi. Hihihihi. Ajeng??kok pakai topeng. Ha...kau ingin bermain permainan lain ya...ninja-ninjaan....aku diajak ya...kau tidak sedang bermain dengan bonbon kan??
Elis: hey gendut!! (masih dengan topeng)Bicara apa kau ini ha?? Mau ku kempiskan perutmu apa?
Gogon: huwa....(nangis) ajeng seram....ajeng jahat....aku adukan ke pak dokter loh....(hendak keluar)
Elis: hey tunggu...
Gogon: hayo...takut kan.....makanya ayo maen congklak dan lepas topeng mu...
Elis: baiklah...ayo main...tapi topeng ini adalah terapi dari dokter, jadi harus selalu ku pakai...
Saat hendak main si bonbon masuk dengan tergopoh-gopoh
Bonbon: ajeng ayo main catur mumpung gogon sedang tidak ada di kamarnya...(melihat gogon mengangkat kedua jarinya dan tersenyum padanya) lho??yah keduluan gogon...ajeng jahat!!harusnya main catur dulu denganku...
Gogon: tapi kan aku duluan yang sampai di sini...
Bonbon: (menarik tangan elis) ajeng harus main dengan ku dulu gogon....
Gogon: (menarik tangan elis yang satunya) tidak bisa...ajeng main dengan ku dulu
Elis: (melepaskan tangannya) yak....stop!!cukup!! hey kalian buto ijo....
Bonbon: dia yang buto ijo...(menunjuk ke arah gogon)
Gogon: bukan aku tapi dia...(mennunjuk bobbon)
Elis: (melepas topeng) kalian berdua buto ijo!!! Tahu di mana pasien yang tinggal di sini? Lilis sukma ayu...di mana dia??
Bonbon en gogon: kau bukan ajeng!!!
Elis: memang bukan....dasar gendut!! Dengar tidak orang bicara apa? Di mana pasien di sini yang bernama lilis sukma ayu...
Gogon: di sini memang ada pasien tapi bukan yang kau sebutkan tadi...
Elis: apa?
Bonbon: benar....yanng di sini itu ajeng...bukan sulis sukmayu...
Elis: lilis sukma ayu....bukan sulis...hah sudahlah...(hendak pergi) tunggu...ajeng...ajeng siapa?
Bonbon: ajeng...em...siapa ya....kasih tau gag ya????
Elis: (mencubit perut bonbon) katakan!!!
Gogon: ajeng yudhoyono....
Bonbon: bukan.... ada s s apa gitu...
Gogon: susilo ajeng yudhoyono....
Bonbon: itu kan nama presiden....namanya...suri....suri ajeng....siapa ya...
Elis: tidak mungkkin....sri ajeng yudhayani....
Bonbon en gogon: seratus!!! Benar sekali... itu namanya....
Elis: sri ajeng yudhayani....kakak....kak ajeng....(menangis)....di mana dia sekarang? (emosi)
Bonbon en gogon: tidak tahu (gemetar)
Dokter, suster, dan ajeng masuk.
Ajenng: elis?
Elis: kakak?
Bonbon: bonbon
Gogon: gogon
Dokter:bonbon, gogon....masuk ke kamar kalian....
Bonbon en gogon: tapi dok....
Suter: ada permen untuk kalian....sana ambil di kamarnya....
Bonbon en gogon: yea....
Elis: kakak....kau masih hidup....kau terluka?? Jadi bukan kau....benar...tentu saja...mana mungkin kakak tega melakukannya...pasti lilis sukma ayu yang melakukannya...
Ajeng: elis....apa kau masih belum sadar juga?? Lilis sukma ayu itu...
Elis: pelakunya..iyah....lilis sukma ayu adlah pelakunya...kak, dia pernah dirawat di sini, ayo kita temukan dia, kak.
Ajeng: jangan mulai lagi elis....lilis sukma ayu adalah dirimu sendiri....nama yang kau pakai saat masih bersama orang tua kandung mu.....
Elis: apa yang kakak katakan?? Apa yang terjadi pada kak ajeng dok? Apa dia hilang ingatan?
Dokter: dia hanya mengalami depresi dan setres berat...keluarganya dibunuh oleh adik tirinya sendiri....
Elis: dibunuh? Oleh adik tirinya?? Tapi aku adalah adik tirinya....dan aku bukan pembunuh.....aku tidak membunuh siapapun!!
Ajeng: kau tidak ingat? Kau sungguh tidak ingat? Ingatlah!!! Ingat kembali....
Waktu berjalan mundur. Semua pemain berjalan mundur dengan cepat. Panggung berubah menjadi sebuah rumah. Sepasang suami istri dan nenek yang sedang duduk2 minum teh.
Ajeng: ibu...(duduk di samping ibunya) ibu harus membawa elis ke psikiater secepatnya...
Ibu: tidak perlu jeng....itu hanya kebiasaannya....dia tidak mengganggu kok...
Ayah: ada apa dengan elis bu?
Ibu: (tersenyum) elis suka mengigau saat tidur yah….ajeng terganggu mungkin…
Ajeng: bukan mengigau bu….ayah, elis itu tidur sambil berjalan…
Nenek: apa dia pernah terluka? Berbahaya kalau sampai saat tidur sambil berjalannya kumat dan dia sedang melewati tangga…kalau tidur kau harus mengunci pintu ajeng….
Ajeng: nenek…bukan elis yang harus di khawatirkan…tapi lingkungan sekitarnya…dia pernah terbangun kemudian mencabuti bulu ayam….
Ayah: hahaha kasihan sekali ayamnya….
Ajeng: itu bukan hal yang lucu yah....dia juga mematahkan sayap ayamnya dan mencabik-cabiknya sampai tangan elis berlumuran darah....dia sudah parah....
Ibu: dia sedang mimpi buruk mungkin jeng....
Ajeng: dialah mimpi buruknya!!!
Nenek: pelankan suaramu...nanti elis dengar...
Ajeng: ajeng pernah cari di internet...itu adalah gangguan tidur...akibat depresi dan sebagainya...kita harus membawa elis ke psikiater....harus....
Pembantu: non...tehnya...
Elis masuk dengan tatapan kosong. Dia membawa golok.
Pembantu: non elis mau ke mana? Itu berbahaya...
Elis: diam! (mengayunkan goloknya dan membunuh pembantu)
IANA: elis….
Ajeng: dia….sleepwalking…dia sedang tidak sadar…
Ayah dan ibunya mendekat. Tapi langsung di bantai elis.
Elis: matilah kalian...tidak boleh....menyiksaku lagi...
Ajeng: elis sadarlah....dia bukan orang tua kandung mu....dia ibu dan ayah....sadar lis....
Elis: matilah...mati kalian...tidak dibutuhkan lagi...kalian mati saja...
Ajeng: elis....hentikan....
Elis hendak membunuh ajeng tapi malah neneknya yang kena. Ajeng histeris. Elis meracau tidak karuan. Satpam yang masuk berusaha menghentikan elis juga ikut terbunuh. Ajeng semakin tak berdaya. Dia mengambil telefon dan memecet tombol asal.
Ajeng: siapapun tolong aku!!!! Elis sadar...
Elis: matilah....mati saja kau...
Ajeng: orang tua kandung mu memang bajingan sialan...mereka yang menyebabkanmu depresi dan tersiksa...kenapa tidak kau bunuh saja mereka hah???? Idiot!!!! Lihat siapa yang kau bunuh itu!!!
Ajeng melempar apa saja ke arah elis. Elis tidak bangun juga. Ajeng berjalan mundur dan terjatuh. Elis mendekat, dan mengayunkan goloknya. Tangan ajeng tergores sedikit. Elis kembali mengayunkan. Kali ini goloknya tertancap di perut ajeng. Ajeng meraung mendorong elis. Ajeng dan elis berlumuran darah. Ajeng mencabut golok dari perutnya hendak membunuh elis tapi kesadarannya hilang dan terjatuh bertmpukan barang. Elis menggeret satu persatu mayat ke dalam panggung. Katika hendak menggeret ajeng yang terakhir, dia roboh. Saat terbangun ’kembali ke dialog awal di adegan pertama tadi. Tangaan ajenng bergerak menggenggam golok. Saat itu dokter dan suster datang. Melihat ajeng yang pingsan dan membawanya. Panggung sepi. Elis masuk dengan tangan yang basah oleh air. Tiba-tiba lampu menyoroti area luar panggunhg, samping belakang penonton. Terlihat mayat-mayat tersalib penuh darah. Itu adalah mayat ibu, ayah, nenek, pembantu, dan satpam. Elis berteriak histeris. Terdengar suara ajeng ”kau yang memnuh ayah, ibu, dan nenek ku. Kembalikan nyawa mereka. Kembalikan!”
Elis: bukan. Bukan aku kak....bukan aku.... bukan aku pembunuhnya....(tertunduk, kemudian mendongak sambil tersenyum sinis dan melotot)iyah....bukan aku...tentu saja bukan...lilis....iya lilis sukma ayu....dia pelakunya...aku ini sri elis yudhayani...aku anak yudhayani...dari keluarga yang bahagia...jadi bukan aku pembunuhnya...lilis sukma ayu...dia itu pemnuhnya...dia pasti iri padaku. Dia gadis menyedihkan yang berasal dari keluarga tak mampu. Orang tuanya selalu bertengkar dan saling pukul. Lilis sering dipukuli dan di maki-maki. Dia kabur ke panti asuhan dan berpura-pura hilang ingatan. Pihak panti asuhan mengirimnya ke psikiater karena kebiasaannya yang tidur sambil berjalan mulai serius. Hoh...kasihah sekali gadis seperti itu. Dia pasti yang membunuh keluargaku...lilis sukma ayu, aku pasti akan membunuhmu...(berdiri hendak keluar) tunggu...bagaimana aku bisa tahu kehidupan lilis sukma ayu sejauh ini??
Pannggung gelap. The end.


Free Template Blogger Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Kamis, 19 Mei 2011 Darah kami masih merah


Scenario film pendek
                        By. A’ang Yuli Setiawan
Kepulauan Anambas 040

Sore
Pemandangan gunung kapur yang berdiri menjulang tinggi dengan angkuhnya berlatar mentari yang mulai menuju ke peraduannya semnetara dibagian lain tampak lubang-lubang bekas penambangan kapur yang seakan menggerogoti kekuatan gunung itu.

Title
DARAH KAMI MASIH MERAH
Synopsis
Kerja keras, semangat yang tinggi, serta harapan. Menjadi modal utama penentu perubahan. Usaha meraih mimpi terindah merupakan titik pencapaian kehidupan. Sebuah jawaban atas pertanyaan hidup ini itulah nilai tertinggi, nilai yang tak mampu dijawab saat ini. Selama Darah Kami Masih Merah, hidup harus selalu memberi arti.

SCENE 1.
EKS. Malam Hari
Adegan         : Mandor  dan beberapa pekerja tambang melakukan ritual tasyakuran untuk memulai membuka penambangan baru.
Pemain           : Mandor
Pemuka Desa
Pak Rais
Pak Hari
                           3 Orang Pekerja Tambang
Property        : Nasi Tumpeng, Kembang Tujuh Rupa, Obor
Mandor, pemuka desa dan para pekerja tambang duduk dibelakang tumpeng dan kembang tujuh rupa menghadap ke arah gunung kapur
Pemuka desa : (menaburkan bunga tujuh rupa sambil mulutnya berkomat-kamit membaca beberapa mantera dan do’a untuk keselamatan para penambang)
Cut to -


SCEN 2.
INT.  Malam. Ruang Tengah Didalam Rumah Gilang.
Adegan         : Pak Roji  bersama Gilang dan Bu Mina makan bersama sembari berbincang tentang ritual syukuran yang kali ini tidak diikuti pak Roji
Pemain           : Gilang
Pak Roji
                           Bu Mina
Property        : ruang tengah, meja makan dengan hidangan sederhana,
P. Roji             : (menggigit tempe yang masih tersisa separoh di tangnnya) 23 tahun sudah, bapak bekerja di perusahaan tambang batu kapur, seakan tiada habisnya itu gunung bertahun-tahun menjadi sumber kehidupan warga
Gilang           : oh iya pak! Pak mandor membuka tambang baru ya?
P. Roji             : ya… , semakin kaya saja orang itu! (mengeluh) kalau kita-kita ini sih dari dulu pekerja ya tetap jadi pekerja…
B. Mina          : (mencoba mengalihkan pembicaraan) sudah lah pak!
                        Nambah lagi nasinya lang (sambil mengambilakn nasi di piring gilang).
Gilang           : makasih buk…
B. Mina          : pak.., (sembari menuang nasi di piring bapak)
P. Roji             : tapi alhamdulillah meskipun Cuma kuli bapakmu ini masih sanggup nguliahkan kamu!
Gilang           : lho katanya hari ini tasyakuran pembukaan tambang! Kok bapak tidak ikut?
P. Roji             : Males le! Bapak itu gak percaya sama takhayul-takhayul kayak gitu!
Gilang        `  : tapi pak! apa bapak gak takut terkena musibah…kan itu kepercayaan di desa kita ini
P. Roji             : Urip mati opo jare Gusti Allah le! (dengan nada kera) gak melu selametan gak bakalan nyilakakno bapak!!!
Tiba-tiba lampu di rumah Gilang mati
Cut to-

SCENE 3.
EKS. Malam Hari
Adegan         : Pemuka desa terkejut dengan apa yang terjadi saat ritual berlangsung
Pemain           : Mandor
Pemuka Desa
Pak Rais
Pak Hari
                           3 Orang Pekerja Tambang
Bersamaan matinya lampu di desa, para peserta ritual kaget dengan melintasnya angin yang sangat kencang yang mematikan obor dan menerbangkan bunga2 yang ditebar… seketika itu para peserta ritual seolah dihantui kecemasan dan tanda Tanya…
SCENE 4.
INT.  Malam. Ruang Tengah Didalam Rumah Gilang.
Adegan         : P. Roji terkejut dengan lampu rumahnya yang tiba-tiba mati tak lama kemudian lampu kembali menyala
Pemain           : Gilang
Pak Roji
                           Bu Mina
Property        : ruang tengah, meja makan dengan hidangan sederhana,
P. Roji             : (bingung) ada pa ya tiba-tiba kok mati lampu!
Gilag              : (mengangkat bahunya)
Bu Mina         : (mencoba menenangkan keadaan) wes… wes… biasa mati lampu wae kok! ayo lang Bantu ibu membawa ini semua ke dapur
Gilang dan Bu Mina masuk ke dapur sementara P. Roji masih terdiam bingung dengan peristiwa yang barusan terjadi. Tiba-tiba terdenga suara Bu Mina dari dapur (VO: pak kalo sudah selsesai cepat tidur besok kan harus bekerja!)
P. Roji             : (menghisap rokok) yo bu! Ngentekno rokok sek!
Seiring dengan melayangnya asap rokok malam itu pun berlalu dengan menyisakan beribu Tanya…  

SCENE 5.
INT.  Pagi. Ruang Tengah Didalam Rumah Gilang.
Adegan         : pagi hari yang semangat, gilang persiapan berangkat kuliah, dan pak Roji bersiap berangkat kerja.
Pemain           : Gilang                   
Pak Roji
                           Bu Mina
Property        : ruang tengah, meja makan dengan minuman teh hangat, peralatan kerja P.Roji, Buku dan tas Gilang.
P. Roji             : (keluar dari ruangan belakang dengan membawa peralatan kerjanya, siap untuk berangkat krja)
Gilang           : (kaluar dari kamarnya lengkap dengan buku dan tas yang telah rapi untuk berangkat kuliah dengan sedikit terburu-buru,)
B. Mina          : (keluar dari dapur dengan membawa 2 gelas teh hangat kemudian diletakkan di meja makan) pak… Gilang…. ini tehnya di minum dulu…
Gilang           : ya  buk….. ( sambil membawa tas dan buku bergegasa mengambil teh dan  meminumanya kemudian pergi kearah ibu untuk berpamitan)bbuk.. berangkat dulu ya…( sambil bersalaman dan sedikit terburu2)
B. Mina          : ya… hati2 lang…… (mengkawatirkan gilang)
Gilang           : (menghampiri P.Roji yang sedang duduk menikmati tehnya)
                        : pak brangkat…. (sambil salaman)
P. Roji             : Yo ati2………… (sambil tetap menikmati tehnya)
B. Mina          : (menghampiri P. Roji, memperhatikan gilang yang keluar dari rumahdengan perasaan bangga melihat semangat anaknya tersebut.)
Gilang           :( keluar rumah)
                        Assalammualaikum…………..
B. Mina          : waalaikum salam….
P. Roji             : waalaikum salam…. (beberapa saat kemudian setelah menghabiskan tehnya iapun berpamitan pada b. Mina untuk berangkat kerja)
                        Aku juga berangkat kerja bu… (sambil mengangkat peralatan kerjanya yang berat itu)
B.Mina           :ya… hati-hati pak….. Loh. Iki segone… ( sembari mengambil bungkusan tas kresek yang ada di meja dan memberikan pada p.Roji)
P.Roji              :Hem… ( menjawab B.Mina dengan nada yang kurang jelas, kemudiankeluar dari rumah dengan membawah peralantan kerjanya)

SCENE 6.
EXT.  Pagi. Di pinggir jalan raya.
Adegan         : pagi hari yang semangat, gilang menunggu dan mengejar bis yang sedang berhenti sejenak menurunkan penumpak dan gilang lari untuk naik.
Pemain           : Gilang
                          kenet                        
Property        : Tas

Gilang           : (gelisah menanti bis, tiba2 datang bis yang berhenti agak jauh melewati dia, kemudian ia lari mengejar bis tersebut dan naik)

SCENE 7.
EXT.  Pagi. Di pinggir jalan raya.
Adegan         : p.Roji berjalan sendiri dengan membawa peralatan kerja yang cukup berat dengan ketabahan dan ketenangannya,
Pemain           : P.Roji
Property        : peralatan kerja p.Roji


SCENE 8.
INT.  Pagi. Di dalam Bus.
Adegan         : di dalam bus galang membaca buku diiringi suara pengamen
Pemain           : Gilang
                          Penumpang Bus dan Pengamen       
Property        : Tas, Gitar, Jimbe

SCENE 9.
EXT.  Pagi. Di pinggir jalan raya.
Adegan         : P. Roji berjalan berangkat kerja bertemu 2 rekan kerjanya
Pemain           : P. ROJI
                            P. Hari
                           P. Rais                      
Property        : peralatan tambang

P. Hari            : (berjalan di simpang jalan dengan P.Rais menyapa P.Roji)
                        Pak Roji….
P. Roji             : we… (dengan ramah menyambur kedatangan rekan2nya tersebut, kemudian mereka ber3 jalan bersamaan untuk menuju lokasi tambang)
For Gound
P. Heri             : (berbicara pada P.Roji menyindir P rais /bercanda)
                        He., Pak. Nyambut gawene roso, tapi gak mbojo-mbojo, digawe opo duweke iku pak..?
P.Roji              : siapa tahu har.., buat Haji….. Yo is…………(mempertegas kea rah rais)
P.Rais             :( menanggapi guyonan tersebut dengan senyuaman)
Mereka sambil bercanda dan tertawa- sambil berjalan

SCENE 10.
INT.  Pagi. Di dalam Bus.
Adegan         : di dalam bus gialang memberentikan bus pada lokasi tujuan
Pemain           : Gilang
                          Penumpang Bus    
Property        : Tas

Gilang           : IAIN depan kiri pak..!
                         (teriak, sambil melangkah dan turun)

SCENE 11.
EXT.  Pagi. Di Jalan kampus
Adegan         : Gilang berlari tergesah2 berlarian menuju kelas
Pemain           : Gilang
Property        : Tas




SCENE 12.
INT.  Pagi. Di dalam ruang fakultas.
Adegan         : masuk ke gedung fakultas dengan tergesah2 naik tangga, lari keruangan, dan membuka pintu kelas
Pemain           : Gilang
Property        : peralatan belajar mengajar di ruang kelas

SCENE 13.
INT.  Pagi. Di dalam kelas kuliah.
Adegan         : di dalam kelas kuliah dosen sedang ceramah dan mahsiswa mendengarkan masuk gilang yang baru datang
Pemain           : Gilang
                          Dosen 1
                          Mahsiswa se kelas
Property        : peralatan belajar mengajar di ruang kelas

Dosen 1         : pada dasarnya, menurut Filsafat Manusia, manusia adalah mahluk subyektif individu…
                          Ada yang bisa menjelaskan……? (bertanya pada mahasiswa di kelas)
Mahasisswa                       : (ekspresi tidak bisa)
Gilang           : (mengetuk pintu dari luar dan masuk)
                        Assalamualaikum…
Dosen + Mhs           : walaikum salam…
Gilang           :maaf bu, terlambat…..
Dosen            : ya, silakan.. (respon yang dingin kemudian melanjutkan perkuliahan)
                        : bagaimana.. ada yang bisa menjelaskan……………………..
V Of. Music
Dosen            : (ceramah )
Suasana kelas saat perkuliahan berlangsung

SCENE 14.
EXT.  siang bolong yang panas. Di tempat Tambang Batu Kapur yang keras.

V Of. Music
Adegan         : suasana kerja tambang batu kapur yang keras yang melehkan nampak
Pemain           : Para pekerja tambang
Property         : tebing2 batu kapur, peralatan tambang


SCENE 15.
INT.  Ruang Kuliah

V Of. Music
Adegan         : Gilang yang sedang serius belajar
Pemain           : Gilang
Property         : alat tulis, buku kuliah

SCENE 16.
EXT.  siang bolong yang panas. Di tempat Tambang Batu Kapur yang keras.

V Of. Music
Adegan         : suasana kerja tambang batu kapur yang keras yang melehkan nampak P.Roji yang lelah kepanasan dan tetap bekerja
Pemain           : P.ROJI
                           Mandor
                          P. Hari
                          P. Rais
                          3 Orang pekerja tambang
Property         : tebing2 batu kapur, peralatan tambang, nasi bungkus
P. Roji              : (Wajah lelah dan berkeringat terus bekerja menggergaji batu kapur)
Zoom Out – Aktifitas Seluruh Pekerja di Tambang
Setelah sekian lama para pekerja tambang beraktifitas Terdengar bunyi sirine tanda istirahat  
Mandor         ; Laot2…… (mengisaratkan pekerjanya untuk istirahat)
Para pekerja                      : (berbondong2 meninggalkan pekerjaannya untuk istirahat dan makan siang)
P. Roji             : ( melangkah lelah menuju batu besar dimana ia meletakkan bungkusan makannya dan duduk memakan bekalnya di balik batu besar untuk berlindung dari panas)
P.Hari             : (datang menghampiri p.Roji yang sedang makan dengan membawa bekalnya juga dan duduk di samping P.Roji)
                        Wah…pas ini..,
                        Ikan asin sambel bajak….. ( mengomentari bekal P.Roji)
P.Roji              :eh., Har..Monggo2.. (mempersilakan P.Heri duduk dan menawarkan bekalnya)
P.Hari             : sudah pak---
                         Maksud saya itu sama ini pak…(sambil menunjukan bahwah bekalnya jg isinya sama)
                         Sama ikan asin sama sambel ha..ha..
(Mereka tertawa sama-sama…………………..)

P.Roji              : memsng ini yang paling pas Har…
P.Hari             : ya pak inilah pengusir capek kita…
(Mereka berdua kembali tertwa seakan tak ada beban dalam hidupnya….)

SCEN 17.
EXT.  siang. Di kantin.
Adegan         : gilang lagi ngopi sambil SMS an dan datang Diki
Pemain           : Gilang
                          Diki
                          penjual
Property        : kantin. Meja kursi. Segelas kop, es tehi

Gilang           : ( sedang santai menikmati kopi sambil SMS an)
Diki                  : ( datang lansung nyeelonong mengambil kopi Gilang lansung meminumnya)
Gilang           : (gilang memperhatikan saja)
Diki                  : ancrit…!  Pait..!  ( kaget kopinya pahit)
Gilang           : (sambil menertawai) Sapa yang suruh minum….
Diki                  : sialan.., (sambil duduk disebelah Gilang) Es teh satu cak…!  ( sambil teriak kearah penjual)
Gilang           : (dengan santai menikmati kopi pahit yang nikmat)
Diki                  : Gimana Boss..!  (sambil menepuk pundak gilang) Kapan skripsi?
Gilang           : ini dalam proses.. Kamu gimana..?
Diki                  : (dengan santai dan slengean)Ya…………..Kalo aku sih masih jauh…
                        La wong, perbaikanku ae masi buanyak..Santé boss… jatah smester masih banyak……………..( membela diri, sembari menyalahkan rokok)
Gilang           : ( hanya menanggapi dengan senyuman)
Penjual          : (datang dengan membawa segelas es teh ) Permisi mas .. ( sambil menaruh es dimeja)
Diki                  : makasih mas.. ( lansung diminum) Emangnya mata kuliahmu sudah smua… ( sambil minum)
Gilang           : Alhamdullillah smester hanya tinggal satu ini
Diki                  : emang he… ( memuji/ kagum) Mantab mahasiswa satu ni….( meledek)
Gilang           : ( tersenyum) Ya… mudah2han bisa cepet slesai dik……..Biar bisa cepet kerja..
                        Kasihan bapak..Dah tua masih kerja kyak gitu…
Diki                  : ( Cuma manggut2 sambil hisap rokok dan tetep aja cuek)
Gilang           : aku pengen gantiin bapak cari uang buat keluarga, Biar bapak istirahat, nikmati hari tuanya..
Diki                  : (mangut2 serius sambil menatap Gilang) Ok ! Ok !
Gilang           : (gilang sadar dengan sikap diki yang seperti itu, kemudian gilang memukul pundak si Diki sambil bercanda) Sialan….!
Diki                  : (tertawa terbahak-bahak dan suasana ceriapun pecah mereka berdua saling menertawakan)


SCENE 18.
EXT.  siang. Di halaman depan rumah Gilang
Adegan         : Bu Mina yang sedang menjemur pakaian
Pemain           : B.Mina
                           Gita
Property        : tali jemuran, bak cuci, pakaian basah

B. Mina          : (datang dari dalam membawa bak berisi baju basah yang hendak di jemur, kemudian ia menjemur pakaian satu persatu)
Gita               : ( sepulang sekolah lewat depan rumah melihat B. Mina yang sedang menjemur pakaian lalu menyapanya) Buk….. ( dengan santun dan ramah..)
B. Mina          : oh..ya…,  Pulang sekolah git..?
Gita               : ya, bu… pareng……………
B. Mina          : ya… Mari2………..

SCENE 19.
EXT.  sore. Di pinggir jalan depan kampus.
Adegan         : (gilang sedang menunggu Bis di pinggir jalan kemudian datang Rani yang maksud hati ingin pulang bareng sama gilang)
Pemain           : Gilang
                          Rani
Property        : tas, motor mio

Gilang           : (gilang yang menanti bis yang lewat)
Rani                : (datang dengan mengendarahi motor Mio) Lang, lagi nungu bis..?
Gilang           : (merespon dengan senyuman ramah)
Rani                : Bareng yuk…..(menawari tumpangan)
Gilang           :Makasih ran, biar aku naik bis aja… (menolak halus)
Rani                : Oh…………Ya sudah, aku jalan dulu ya… (kecewa)
Gilang           :(manggut sambil tersenyum)
Kemudian rani pergi dengan motornya. Tak lama kemudian datang bis melintas dan gilang lansung menaikinya.

SCENE 20.
EXT.  malam di jalan kampong di depan rumah Gilang.
Adegan         : gita dan Desi berjalan pulang mengajisementra Gilang di depan rumahnya
Pemain           : Gita
                          Des
                          Gilang
Property        : perlengkapan mengaji, batu kapur dan alat ukir

Desi                : (pas didepan rumahnya berpamitan kepada gita)
                         Git akumasuk dulu ya….
Gita               : (tersenyum ramah mempersilahkan)
Desi                : Hati2 ya git………
Gita               : ya, Maksih ya……… Assalammualaikum…………….
Desi                : Wa’alaikumsalam…. (Lanung memasuki rumahnya)
Gita jaln kaki sampai di depan rumah Gilang ia melihat gilang yang sedang memaht batu kapur       di tangannya
Gita               : Cak……
Gilang           : (kaget, kemudian tersenyum ramah) Pulang ngaji git…………..
Gita               : ya Cak….. mari………
Gilang           : Ya.. hati2 ya…..
Gita               : ( melanjutkan perjalanan dan sesekali ia mencuri2 pandang ke arah gilang namun gilang cuaek aja dan kembali memahat)
Suasana malampun makin larut

SCENE 21.
EXT.  siang bolong. Ditambang batu kapur
Adegan         : P.Roji yang sedang bekerja di tambang yang panas, dan keras
Pemain           :                                   P.Roj
                          P. Hari
                          P. Rois
                          Mandor
                          3 Pekerja tambang        
Property        : alat2 tambang kapur, sepeda motor

Di saat para pekerja tambang sedang melakukan pekerjaannya Mandor datang dengan mengendarai motor besarnya
Mandor       : (berteriak) semua berhenti dulu … kumpul sini semua …
Para pekerja meninggalkan aktifitasnya segera berkumpul di depan Mandor dengan seribu Tanya
Mandor         : ada yang perlu saya sampaikan kepada kalian semua! Saya harap mulai sekarang kalian semua meningkatkan kerja kalian…permintaan konsumen semakin banyak jadi …
P. Roji             : (memotong pembicaraan Mandor) gila… kamu gak lihat kerja kami apa !selama ini kami sudah bekerja maksimal…ditingkatkan bagaimana lagi!!
Mador           : Maksud saya …
P. Roji             : (Marah) kamu anggap kami ini sapi perahan…
Para Pekerja   : Setuju !
P. Har             : Jangan mentang-mentang kamu disini!
Mandor         : (kesal) sudah itu keputusan saya! Jika ada yang tidak setuju silahkan keluar masih banyak orang yang mau bekerja di sini… sudah kembali kerja sana!

Mandor kemudian pergi ke kantornya meninggalkan pekerja, sementara pekerja tetap bergerombol membicarakan keputusan Mandor ini.
P. Har             : (Melihat ke arah P. Roji) Bagaimana ini Pak!
Para Pekerja   : iya Pak!
P. Roji             : memang seenakya saja orang ini…
P. Rois             : kita demo aja Pak!
Para pekerja   : Betul!
P. Har             : tenang…jangan gegabah

Dari arah kantor Mandor keluar memanggil P. Roji
Mandor         : P. Roji sini !
P. Roji segera berlari ke kantor Mandor

SCENE 22.
INT.  siang bolong. Di Kantor Penambangan
Adegan         : Mandor marah-marah kepada P. Roji
Pemain           :                                   P.Roj
                           Mandor
Property        : Radio kecil, beberapa lembar kertas

Mandor         : (marah) apa maksud bapak tadi? Bapak sudah tidak betah lagi kerja disini ya!
P. Roji             : Bukan begitu… saya hanya…
Mandor         : (memotong pembicaraan P. Roji) saya tahu bapak butuh uang untuk menguliahkan anak bapak jadi jagan macam-macam sama saya… sudah pergi sana!

P. Roji dengan raut kecewa meninggalkan Mandor
Mandor         : Oh ya !
P. Roji kembali berpaling kepada Mandor
Mandor         : suruh mereka kembali bekerja!
P. Roji             : ya pak!
P. Roji keluar Kantor kembali menghampiri teman-temannya

SCENE 23.
EXT.  siang bolong. Ditambang batu kapur
Adegan         : P. Roj menghampiri Para Pekerja yang sedang berkumpul
Pemain           :                                   P.Roj
                          P. Hari
                          P. Rois
                          3 orang pekerja tambang
Property        : alat2 tambang kapur

P. Rois             : (penasaran) ada apa pak?
P. Roji             : sudah tidak ada apa-apa ayo kembali kerja …
Dengan langkah malas pekerja tambang kembali ke pekerjaan mereka masing-masing

SCENE 24.
INT.  malam. Didalam rumah gilang, ruang depan dan ruang tengah.
Adegan         : P.Roji yang lagi santai nonton Tv Datanglah si Gilang
Pemain           : Gilang
                          P.Roji
                          B.Mina                      
Property        : TV 14”, Meja, Kursi, Segelas kopi, sepiring makanan dgn lauk pauk

P. Roji             : (sedang asyik dan serius menonton TV)
B.Mina           : (datang menghampiri P.Roji dengan membawa secangkir kopi panas, dan menaruhnya di meja deket P.Roji) Kopine pak….
P.Roji              : (tetap nonton dan hanya merespon dengan dengungan) Hem…
B.Mina           : Gilang kok belum pulang ya pak!……
P.Roji              :(tetap dalam posisi nonton serius) Gak usah khawatir bocah lanang ae kok
Gilang           : (membuka pintu,datang dan masuk kedalam rumah) Assalammualaikum….
P.Roji+B. Mina :       Waalaikum salam…
B.Mina           : Panjag umurnya anak ini baru dibicarakan sudah datang… sudah ambil makan sana

Gilang pun masuk ke dalam menaruh tas dan bukunya
B.Mina           : Bagaimana tadi di tambang Pak?
P. Roji             : ruwet bu!
B.Mina           ; ruwet piye to pak?
P. Roji             : yo Mandor gendeng iku… masak Mandor itu menyuruh kita bekerja lebih keras lagi memangnya selama ini kita kurang kerja keras apa!

Gilang kembali masuk dengan membawa sepiring nasi
Gilang           : ada apa lagi di tambang pak?
P. Roji             : ya begini ini nasib orang kecil lang! mau apa lagi?
B. Mina          : yo seng sabar pak!
P. Roji             : Makane le! Kamu bapak sekolahkan tinggi-tinggi supaya tidak kayak bapak! kamu harus jadi orang besar biar gak diperlakukan semena-mena oleh orang lain
B. Mina          : oh yo le! Kamu kapan lulus?
Gilang           : tinggal 3 bulan lagi bu! Ini tinggal 1 mata kuliah dan menyelesaikan skripsi
P. Roji             : wisudae bayar piro le?
Gilang           : paling sekitar 700 sampe 800 ribu pak? tapi masih dua bulan lagi kok pak!
P. Roji             : ya harus dipersiapkan dulu to le! Tapi ojo khawatir bapak akan melakukan apapun untuk kesuksesanmu! Kamu belajar saja yang tekun
Gilang           : ya pak…
B. Mina          : wes…wes… dilanjutkan makannya setelah itu sholat langsung istirahat
Gilang           : enggeh bu!
Gilangpun melanjutkan makannya sementara P. roji melanjutkan menonton tv

SCENE 25.
Int.  siang. Di Perpustakaan
Adegan        : Gilang membaca buku dan mencatat beberapa bacaan di perpustakaan
Pemain           : Gilang            
Property         : Buku, alat tulis

SCENE 26.
EXT.  siang bolong. Ditambang batu kapur
Adegan         : P. Roji tetap bekerja meskipun teman-temannya sudah istirahat
Pemain           :                                   P.Roj
                          P. Hari
                          P. Rois
                          Mandor
                          3 orang pekerja tambang
Property        : alat2 tambang kapur

P. Hari            : Pak Roji istirahat dulu!
P. Roji             : Sebentar lagi pak! nanggung
Sementara tak jauh dari P. Hari Mandor berbicara dengan salah satu pekerja
Mandor         : P. Roji…P. Roji kemaren menolak tambahan kerja sekarang malah gak laot-laot
P. Roji yang sedang bekerja kembali teringat perbincangannya dengan Gilang tadi malam di gendang telinganya masih ternging kata-kata Gilang (VO Gilang : Sekitar 700 sampe 800 ribu pak..) P. Roji pun meningkatkan klerjanya namun tiba-tiba sebongkah batu besar jatuh menimpanya

SCENE 27.
Int.  siang. Di Perpustakaan
Adegan        : Gilang menerima SMS kecelakaan P. Roji
Pemain           : Gilang, DIKI
Property         : Buku, alat tulis, HP
Gilang memilih-milih buku namun ia kaget ketika tanpa sengaja tanganya menyenggol buku besar sehingga jatuh ke lantai… setelah itu HP gilang berbunyi dengan tulisan SMS dari Gita (SMS : Cak pean dimana? Pean cepat pulang Pak Roji kecelakaan di tambang} seketika itu Gilang berlari keluar dari perpustakaan tanpa menghiraukn Diki yang berpapasan di depan perpustakaan
Diki                  : (menyapA )Lang….. woy… Gilang…..nyonong ae….kenapa anak itu?
Gilang terus berlari tanpa menghiraukan sapaan Diki

SCENE 28.
EXT.  siang. Di dalam bis
Adegan         : (terlihat Gilang yang cemas, geliasah, duduk dalam Bis)
Pemain           : Gilang            
Property        :Tas, bis

SCEN 29.
EXT.  siang. Di tempat kerja tambang batu kapur
Adegan         : suasana TKP di tambang, P. Roji yang sekarat, kepalah dan tubuhnya luka penuh darah, dikerumuni para pekerja yang panic, sementara pak Rais duduk di dekat P. roji mencoba memeriksa keadaan p. Roji. Mandor hanya berdiri menyaksikan dengan jarak diantara kerumunan dengan cemas, akirnya P. roji menghembuskan nafas terakhir
Pemain           : P.Roji
                          P. Hari
                          P.Rais
                          3 orang pekerja
                          mandor            
Property        :peralatan tambang kapur

P. Roji terkapar dengan luka di kepalanya sementara para pekerja tambang mendekati P. Roji tak begitu lama P. Roji menghembuskan nafas terakhirnya
P. Rais            : Innallahi wainnallahi roojiun….. (sambil mengusap muka P.Roji)
Para pekerja kaget dan merekapun berduka

SCENE 30.
EXT.  siang. Di pinggir jalan Raya
Adegan         : Gilang turun dari bis lansung lari menuju rumahnya  yang agak jauh jaraknya dengan tergesah2 dan panik
Pemain           : Gilang            
Property         : Tas
SCENE 31.
INT.  siang. Di depan rumah Gilang
Adegan         : suasana Rumah duka terlihat jelas, dari di dalam rumah. P.Roji yang terbungkus terbujur kaku. Di kelilingi para ibu2 pelayat yang mengaji, sementara B.Mina duduk lesuh takberdaya di samping mayat.
Pemain           : mayat
                          b. Mina
                          Gita
                          Desi
                          ibu2 pelayat
                          Para pekerja Tambang
                          Mandor            
Property        : tikar, surat yasin, bendera kematian, Keranda

Gita, Desi dan ibu-ibu pelayat membaca surat Yasin sementara Bapak-bapak, mandor dan para pekerja tambang tampak duduk@ di depan rumah. Dari kejauhan Gilang datang sambil berlari langsung memeluk jasad bapaknya menangis tersedu di jasad bapaknya, B. Mina menghampiri Gilang dan mengusap kepala Gilang.

SCENE 32.
EXT. Di teras depan rumah Gilang
Adegan         : Gilang meratapi kepergian P. Roji dan memikirkan masa depannya
Pemain           : Gilang
Property          : bangku panjang, Pahatan dari batu kapur, pisau pahat
V. Of Music
Sambil memahat batu kapur dan meneteskan air mata gilang mengenang kepergian bapaknya terlintas di bayangannya kebersamaannya dengan bapaknya… (Vo Gilang : Bapak!Gilang tidak akan berhenti…Gilang tidak akan menyerah…Gilang akan mewujudkan harapan bapak menjadi orang sukses…)
SCENE 33
EXT.  Malam di lokasi tambang kapur
Adegan         :Mandor dan Pemuka desa melakukan ritual setelah terjadinya kecelakaan
Pemain           : Pemuka desa, Mandor
Property        :Bunga tujuh rupa, arang dan kemenyan, Obor

Mandor membawa obor di tangan kiri dan bunga di tangan kanan mengikuti pemuka desa yang menaburkan bunga yang dipegang mandor pada dinding-dinding gunung kapur dengan tempat arang dan kemenyan di tangan kanannya sambil mulutnya komat-kamit membaca mantera

SCENE 34.
INT.  siang. Di kantor penambangan kapur
Adegan         : Gilang melamar untuk menjadi pekerja tambang kapur
Pemain           : Gilang
                          Mandor
                          P. Hari
Property        :meja, kursi, beberapa arsip

Mandor         : (mempersilahkan gialng masuk) Silakan duduk…
Gilang           : terima kasih (duduk)
Mandor         : eh…. Ada apa ya dik……..
Gilang           :e…… (ragu2 untuk ngomong)
Mandor         : oh, ya… Saya sangat menyesal atas kejadian yang menimpah bapak kamu itu..
                        Saya turut berduka.
Gilang           : terimakasih pak,.. e… maksud kedatangan saya kemarin… ( ragu2)
                        begini pak.., saya dan ibu saya butuh biaya….
Mandor         : (memotong pembicaran gilang) e.. begini dik..
Gilang           ; (kembali memotong pembicaraan mandor) Maaf pak, saya mau melamar kerja di sini (to the poin)
Mandor         : oh.., jadi maksud adik kesini untuk melamar kerja (terlihat legah)
Gilang           : (manggut penuh harap)
Mandor         : ya sudah…kamu boleh bekerja di sini kapan saja.
Gilang           : tapi pak…
Mandor         : ya.. ( muncul keangkuhannya)
Gilang           : tapi saya tidak bisa masuk kerja setiap hari pak…Saya masih harus masuk kuliah,
                        hari senin dan jumat saya ijin untuk tidak masuk kerja…


Free Template Blogger Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Digg it StumbleUpon del.icio.us