" Kami Tantang Kalian Untuk Selalu Berkarya...!!"
______________________________________________

Rabu, 18 Mei 2011 Rajaman Kelalaian

Babak pertama.
Kegelapan dengan sayap perkasanya mengepak dalam cahaya merah yang menakutkan, menandakan akan kekuasaannya menguasai kehampaan, kenistaan, kebencian, menari mengitari area panggung. Suasana mencekam dengan kemlekingan suara kegelapan menertawai keadaan sepatu kumuh tak terawat yang terpontang-panting dari genggaman tangan-tangan kegelapan melalui tariannya yang ironis. Sepatu yang kumuh tak terawat, berwarna merah bertalikan putih itu, pasangannya telah hilang terampas dari peredaran kehidupan karna tersiakan oleh kelalaian. Kemlekingan suara tawa kegelapan tak mengakhiri suasana panggung yang mencekam malah meriuhkan keadaan panggung.
Sampai datanglah sesosok manusia kumuh, kotor, tak terawat menjerit sekencangnya dari dalam panggung dan menetralkan suasana keadaan panggung sesaat. Kegelapan pun tak jera mengurungkan aksinya memontang-mantingkan sepatu yang sendirian itu dengan iringan suara khasnya dan menarikan keiblisannya. Hi…hiiii.iiiiii…hiiiiiiii.hiii.iii…..
Sesosok manusia kumuh, kotor dan tak terawat itu menampakkan diri yang fisiknya melumpuh di peredaran takdir di bilik panggung setengah badan. Manusia itu sangat geram dengan aksi kegelapan dan ingin merampas sepatu itu dari tangan-tangan kegelapan, tapi tak ada daya karena fisiknya yang tak memungkinkan. Perlahan demi perlahan kegelapan dengan sayap perkasanya lenyap dari peredaran panggung dengan sesekali menaburkan benih racun kehampaan mengitari keterpurukan sang sepatu dan sesosok manusia kumuh menampakkan setengah badan di panggung itu. Hanya kemlekingan suaranya yang tertinggal, perlahan dengan beriringnya kegelapan meninggalkan peredaran pencahayaan panggung yang mulai meredup.
Satu lampu tersisa menyoroti sepatu yang tergeletak sendiri yang terpelanting dari genggaman tangan kegelapan lalu perlahan padam.Hanya suara yang keluar dari mulut manusia kumuh dalam pencahayaan yang gelap
“ terabaiakan …..”. ( dengan nada kesedihan )
Kemudian satu lampu yang menyoroti manusia kumuh tanpa daya yang terseok-seok berusaha mendekat ke area pencayahayaan sepatu, dan meredup kembali. Keluarlah suara di pencahayaan yang gelap
“ tercampahkan….”.
Perlahan lampu menyala dan sepatu yang sendirian itu berada pada tangan sesosok manusia kumuh yang terbasahi karena tetesan air mata penuh cinta dan belaskasih dari mata sesosok manusia kumuh itu. Didekapnya sepatu itu dengan tangannya yang penuh Lumpur melirihkan suara kepada sepatu yang tercampahkan
“ kau tak dirawat oleh pemilikmu….terdzalimi hakmu…”.
Meredupnya cahaya dalam panggung, terlihat sesosok manusia kumuh sedang mendekap wanita berbusana serba putih, berponi merah, berkepang merah putih yang terlihat sangat tak terawatt menangis dalam dekapan manusia kumuh itu. Pencahayaan meredup dengan berakhirnya ekspresi keputusasaan perkataan si kumuh setelah melontarkan kata terakhir.
“Didalam warna yang melekat pada fisikmu dan sayapmu yang kokoh seperti garuda yang membentangkan sayap mengelilingi cakawala luas telah memberi keindahan dan kenikmatan pada pemilikmu. Bahkan keberanian dan kesucian yang mendarah daging pada warnamu telah kau relakan terbaur oleh darah pemilikmu…”
Kemudian sesosok manusia kumuh itu setelah berdiam beberapa menit melirihkan sebait lagu dengan isakan tangis sambil memeluk erat gadis berbaju putih, berponi merah, berkepang merah putih dengan diiring lampu menyala sambil mengusap airmata gadis itu….
“ ku..lihat..ibu pertiwi…sedang bersusah hati…..air matanya…berlinang….mas intannya ku kenang…”
Perlahan dengan berakhirnya nada suara suasana panggung menjadi gelap, hanya keheningan suara lagunya yang menghantarkan kepedihan yang menyayat otak dan kalbu. Perlahan pencahayaan panggung menyoroti si kumuh menggenggam bendera merah putih yang kotor, robek dan tak terawat yang berkibar di genggaman tangan sang kumuh, bendera tanpa tongkat. Perlahan 3 manusia yang terdzalimi oleh alam memasuki area panggung dengan bergantian menyanyikan sebait lagu dalam mengiringi kibaran bendera.

Berkibar….berkibarlah….dalam serat tangismu….
Berkibar..berkibarlah….diantara senja…. kehidupan…
Berkibar…berkibarlah…. menjelang kelalaian manusia…
Berkibar…..berkibar…berkibar….berkibar…
Berkibarlah…di mata….. bencana manusia…
Cahaya meredup setelah berakhirnya alunan dendangan lagu itu.

Babak ke dua
Pencahayaan yang megah menyoroti area kekuasaan panggung, paiman yang lagi duduk dirumah mewahnya menghitung berpuluhan uang sambil berjalan ia kipas-kipaskan pada property area panggung. Terdengar derap langkah kaki yang tergopoh-gopoh menambah suara panggung yang hampa dan muncullah segerombolan manusia yang sangat antusias mencoba sesuatu yang unik dan menarik yang dimiliki oleh pak paiman.
Manusia 1 : ele..ele… Pak paiman mana sesuatu yang unik yang kau punyai itu? ( Sambil mendekatkan wajah di depan wajah pak paiman.)
Manusia 2 : ea pak..emannnnnnnnn……eman..eman..tenan…dimana sesuatu yang unik itu….???? ( dengan wajahnya sok garang….)
Manusia 3 : betul..betul…betul…..dimana itu…boleh kami meminjamnya?
                Pak eman masi dengan cueknya tak menghiraukan manusia-manusia itu karena masi asyik menghitung uang yang dia pegang sambil mondar-mandir.
Manusia 1 : ele..ele..ogak direken iki lah……..
Manusia2 : pak…emannnnnnnn…man..man..mannnn…mannnnnn ( sambil teriak di dekat telinga pak paiman )
Paiman     : ( tersentak kaget ) weleh..weleh….kapan iki lak ketuk pintu lan ngucapne salame…ujuk-ujuk kok tekan sandengku kabeh ngene……
Semua terheran sampai melebarkan mulut dan saling berpandangan.
Manusia 3 : adu cin…..ternyata kita dari tadi ngumung gak dianggap…oh my got…got-got perkampunganku lagi tercemar limbah cin….
Manusia 1: hustttttt….ngumung opo atuh……pamali my got iku klu diartikan di Indonesia tu tuhan…la kok ngebahas got permukiman…
Manusia 2 : paling-paling tuhannya dia tu… air di selokan itu…hua..ha…..
Manusia1 : husttt kamu juga pamali tau…gak boleh main-main dengan nama tuhan…satu nama baik tuhan terglintir saja..fatal akibatnya…kamu bisa wasalam…
( kedua manusia itu tercengang dan sedikit takut dengan ucapan manusia 1 )
Paiman : weleh bahas opo to iki….ono..opo…? apa niat kalian datang kesini ?
Manusia 3 : anu..anu..anu..pak….emmm… ( ragu..ragu )
Manusia 2: walah suwii…..gini pak paiman kito-kito ini pingin mencoba dan menikamti kepunyaan bapak yang unik dan bagus itu loh pak…gimana? Di perbolehkan pak?
Paiman : bisa..bisa..bisa…..bisa diatur…wani piro…?
Manusia 1 : ele..ele…pake uang juga atuh….
Manusia 3 : adu cin..mana ada didunia ini yang free…semuanya butuh money cin…money..money…( sambil nyengir ke manusia 1 )
Paiman : tuh temenmu pinter ..
Manusia 3 : syokron pak..pujiannya…untuk saya ada diskon kan?
Manusia 2 : ye..pinter tapi wajah diskonan…iyek…
Manusia 3 : sirik aja….brandal…
Paiman : he..he..la kok malah rapat, selain uang di butuhkan juga, kehormatan malah lebih utama…syukron??? Makanan kacang sokro ? oia  jadi wani piro iki?
                Ketiga manusia itu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan pak paiman yang gak tau arti kata sukron.
Manusia 1 : ha…ha…pak syokron itu bahasa arab yang indonesianya artinya terimakasih. baiklah klu begitu, bapak minta berapapun akan saya kasih, asal saya bisa menikmati sesuatu yang unik yang bapak punya itu.
Paiman : ok..deal…tapi jangan lupa untuk nama saya yah...taruh di daftar orang terkenal…silakan anda masuk ke pintu itu. Aku menempatkan di ruang situ…
Manusia 1 : ok lah…beres….( Berjalanlah manusia 1 masuk ke pintu itu…)
    Terdengar suara di dalam panggung, suara manusia 1 “wow..it is beatiful…….amazing…perfect..delicius…..um…..” (seakan menikmati sesuatu yang di dalam panggung )
Tak lama menjelang itu manusia 1 keluar keringat bercucuran, badannya membungkuk, matanya terbinar-binar dan mulutnya melebar mengeluarkan air liur. Kedua manusia itu terbelalak heran melihat temannya yang baru keluar itu.
Manusia 2 : he..he..sek..sek..cak…ono opo? Kok segitunya dirimu keluar dari pintu itu..de’e beautipul yow…
Manusia 1 : masuklah sendiri saja ( dengan air liur yang bercucuran…) ntar lak tau pokoknya perfect banget miliknya pak paiman itu, tak bisa dilupakan ….
Manusia 2 : nah klu gitu aku masuk yah pak paiman..nih aku bayar kas, uang di depan muka ( penasaran cepat-cepat masuk )
Paiman : eh..eh..sebentar, biar didalam berbenah-benah dulu…aduh..( terlambat menyampaikannya manusia 2 sudah masuk )
Manusia 3 : ( mencoba protes ) aduh pak paiman kenapa kok gak saya dulu…kok malah brandalan kampong itu..
Paiman : habisnya kamu wajah diskonan..
Manusia 3 : ih..adu cin..omongan brandalan tadi kok pean dengerin…umttt payah…
Manusia 1 masi dengan keringat yang bercucuran di tempat duduknya dan mengeluarkan air liur. Di ruangan pak paiman tiba-tiba mati lampu.
Paiman : lah..kok mati lampu..sek disek aku tak golek lilin.
Manusia 3 : Tak Bantu nyari juga pak, aku takut gelap soalnya.
            Keadaan panggung yang gelap dan hening itu terlihat banyangan gerakan tubuh yang berjaipong penuh makna dengan sayap seninya diiringi alunan musik yang unik. Bayangan mulai meredup beriringnya alunan musik yang mengiringi gerakan jaipong mereda dan tepukan tangan manusia . Kemudian pak paiman dan manusia 3 datang membawa lilin di ruangan yang gelap.
Manusia 3 : telat banyar listrik yah pak?
Paiman : waduh maaf mbak…saya ini orang terpandang di tempat ini. Gak mungkin saya nunggak listrik.
Manusia 3 : la trus kok ada pemadaman? Oia saya tau pemadaman bergilir untuk mengurangi kebrosan manusia untuk mengurangi global warming salah satunya. Bukan begitu pak?
Paiman : owalah gitu yah….lah..nyala…
            Ruangan pak paiman sudah terang kembali namun mansia 1 yang dari tadi diam, tidak ada di tempatnya sebelum mati lampu. Paiman dan manusia 3 heran.
Manusia 3 : lo..pak kemana perginya mas bro yah kok ilang??jangan..jangan…terbawa sunami lagi…
Paiman : hust…ngawur aja…( wajah manusia 3 sok terkejut ) klu terbawa tsunami otomatis kita juga…la kita lo tetap disi…
Manusia 3 : la..trus dibawa capa pak? Jangan..jangan…KUNCONG pak..
Paiman : apa itu KUNCONG ?
Manusia 3 : kuntilanak pocong pak…kan mereka sekarang bisa menyentuh manusia karena kamus perfileman holiwod da mereka pelajari pak…..ah……( tersentak ketakutan…)ya..allah..ya…gusti…lindungi hamba…bukan maksuk mbak, mas KUNCONG untuk membuat forum gossip tentang anda ( sambil menelangkupkan kepala ke tangan)…..
            Pak paiman yang menyadari keluarnya manusia dua yang berada di blakang manusia 3 hanya tersenyum meliat tingkah  manusia 3 yang alay..  manusia 2 yang matanya seakan terhipnotis tak terpengaruh dengan aksi lucu manusia 3, malah duduk sembari sama dengan yang dilakukan manusia 1.
Paiman : he..he..mbak..giliran sampaian lo..masuk ke dalam…( mencoba menyadarkan )
Manusia 3 :  (tersentak) pak paiman?
Paiman : ea mbak…
Manusia 3 : Lo..dimana hantu yang di belakangku tadi..
Paiman : hantu apa mbak….di blakang tadi itu adalah mas ini ( menunjuk manusia 2 ). Silakan masuk mbak….
Manusia 3 : ok thanks..this is my money …( sambil berjalan menuju ruangan yang di tuju ) klu saya puas. Saya akan menanam modal disini.
            Pak paiman hanya tersenyum. Beberapa kemudian manusia 3 keluar dengan ekspresi kecewa. Dan sisusul dari arah yang berlawanan manusia 1 yang tadinya hilang saat mati lampu.
Manusia 3 : pak…apa-apaan..boro-boro aku minta dia menyayi. Liat performcenya aja aku udah gak selera…gak pernah di bersiin yah….sarang penyakit….menjijikkan…pa lagi suaranya..ih…enggak dech…
Manusia 1 : kenapa?
Manusia 3 : mas bro dari mana aja? Aku kecewa di sini pelayanannya sangat buruk. Jorok lagi….ih….
Manusia 1 : aku tadi keluar nyari minum, habis puedas banget te..mantap memang menu yang disajikannya..mpek mulutku terbakar ketagihan. Ea sich..agak kumuh tapi cita rasanya beda gak ada yang bisa nandingi.
Manusia 3 : cita rasa sich ….cita rasa..tapi ini lo ….kotor …bisa-bisa makanannya tidak higienis..ih..gak dech…padahal sebenarnya fisiknya unik dan kaya akan seni..juga punya jiwa talent yang perfect. Tapi performnya no…
Manusia 1 : betul juga sih..tumben kamu pinter..
Manusia 3 : ye….( nyengir ke manusia 1)
Paiman : masak to mbak..saya sering menikmatinya nyaman-nyaman saja…gak ada komplain..
Manusia 3 : yah jelas anda nyaman aja..selera kumuh…maaf saya gak jadi berminat untuk investasi di sini..dan saya minta uang saya tadi kembali…. ( dengan nada marah )
Paiman : oh tidak bisa…uang yang dalam kantong aku tidak bisa di ambil..
Manusia 3 : apa maksudnya? Bapak mau berurusan dengan hukum di tempat saya dengan tuduhan pemerasan? Ha…?hukum di tempat saya, pakai hokum cungkil hati…manfaat kan untuk pencakokan khidupan baru…
Paiman : ea..ea..ini.ni…(ketakutan)
            Diambilnya uang itu dan dibawa manusia 3 keluar panggung. Kemudian disusul manusia 1 yang menarik manusia 2 yang masi dalam keadaan terhipnotis. Paiman hanya duduk menghayati perkataan manusia 3 tadi dan menyesali tidak jadi mendapat penanaman modal untuknya. Sehingga dia menghitung uangnya yang tersisa. Di luar ruangannya terdengar seseorang yang berjualan.
Penjual : ( suara di blakang panggung ) laptop..laptop….multi fungsi….anti banting...anti air...anti virus…anti korupsi…anti miskin…..ayu….pak….buk ….beli…barang terbatas..ayu..ayu…
            Paiman yang berada di ruangan mendengarnya bergegas keluar untuk langsung membelinya tanpa tawar-menawar. Kemudian masuk dengan membawa barangnya. Paiman kemudian menyadari klu dia tidak membawa uang sepeserpun. Paiman yang bingung dengan kantongnya yang kering, selain itu ketambahan tidak bisa mengopersikan barang baru yang baru dia beli. Paiman yang karena ujiannya yang bertubi akhirnya melampiaskan kekesalannya pada punyaannya yang unik dan indah itu.
Paiman : pertiwi …pertiwi…( berteriak…teriak…
Pertiwi : ea tuan…
Paiman : ( sambil menampar dan menarik rambut putih gadis itu ) puas kamu? ni smua gara-gara kamu yang tidak pandai melayani tamu…aku jadi gak megang uang ini….dasar…laknat…( kemudian dilemparkannya merah putih dilantai)
            Pertiwi hanya menangis dan melirihkan sebait kata
“Dari mulut mungil yang bergetar sadar
menampar dan menepis rasa kasih sayang
Ketika dedaunan dan pohon jati diri menari tanpa jeda, tanpa henti
Bagai embun setia menjemput pagi tak ada khianat mendzalimi…
Wahai dzat…
yang selalu mengangkat derajat dengan ujian cinta dan kasih sayang
Wahai dzat…
yang slalu menebar semerbak kenikmatan
Turunkanlah kekuasaanmu padaku yang terdzalimi akan kesetiaanku….”
                Kemudian menjelang bait yang dilontarkan si gadis itu terdengar gemuruh hentakan kaki di luar panggung tampak wajah – wajah kegelapan yang membawa kehancuran dan Mala petaka. Meremuk redamkan seluruh isi di panggung. Property-properti yang menjadi kekayaan ruang paiman yang mewah di rampas secara paksa oleh kaki tangan kegelapan, tak ada yang tersisa hanya merah putih dan paiman.
                Kegelapan tidak puas hanya merampas propertinya saja, pertiwi yang melemah…mengerang kesakitan karena sayapnya yang anggun telah dicabut dari dirinya dengan paksa lalu dirobeknya di depan matanya. Tak ada daya dan upaya potred derita bertubi-tubi menimpanya, dia hanya tergolek tak berdaya dengan mencucurkan airmata menahan rasa sakit yang dideritanya. Kegelapan masi merasa tidak puas akan malapetaka yang di ciptakannya sehingga ia tambahkan derita bencana lewat selendang – selendang mautnya. Selenang maut yang biasa dia tarikan melilit melingkari tubuh paiman. sambil berkata
Terkutuklah…wahai kau pendzalim…
Nikmatilah upayamu mengikuti jejak iblis
Tanpa ampun….Tanpa belas kasihan…..Tanpa pertolongan
Dunia mengutukmu…
Dengan belati kesengsaraan..
Paiman merasa tubuhnya lemas tak berdaya terjerat tarian kegelapan dan bait yang yang menusuk persendian tulang-tulangnya. Berulang kali dia melontarkan permintaan tolong kepada merah putih, tapi merah putih tak punya daya.
Paiman : pertiwi aku haus..aku lapar….pertiwi tolong aku..beri aku minum…makan…
pertiwi tetap tergolek tak berdaya, hanya bisa memandang majikannya yang mendzaliminya yang mengerang minta bantuan. Karena kehausan dan kelaparan akibat tarian selendang yang di suguhkan kegelapan untuknya, ia tergeletak lemas tak berdaya sama seperti pertiwi. Tergeletaklah paiman di atas merah putih yang berlumur darah, hanya kemlekingan suara kegelapan yang mencekam menyisakan. Kemlekingan suara kegelapan menyurutkan cahaya lampu dan menjadi gelap.
Cahaya kembali menyala menyoroti paiman yang tergeletak, bersama sepatu merah putih yang tidak punya pasangan diatas ia tergeletak. Paiman mencoba mengumpulkan tenaga untuk bangun dan meliat kondisi miliknya. Paiman tersentak kaget sepatu merah putih kebanggannya miliknya hanya tinggal satu. Dengan sekuat tenaga paiman bangun dan duduk kemudian menjakan miliknya yang tersisa sepatu yang tak punya pasangan. Manusia 3 lalu lalang bersama kekasihnya manusia 2 melewati panggung, paiman tidak menyiakan untuk menjajakannya lagi.
Paiman : mbak..mas..mau mencoba sepatu bagus dan unik milik saya ini mbak…cuman 1 juta saja…1 jam…bagaimana mas…mbak..
Manusia 2 : bagaiman say… mencobanya kasian dia pertinya butuh uang…boleh saya liat…pak…?(pak piman menyodorkan sepatu yang tak punya pasangan itu dan manusia 2 menerimanya dengan jijik )
Manusia 3 : terserah kamu saja lah sayang..tapi..kotor banget..ntar kakimu itu kotor cin..ayuk gak usah saja …jijik aku ngeliatnya…
Paiman : saya diskon deh tuan….mau yah..
Manusia 3 : meskipun bapak diskon semurah mungkin. Kita gak bakalan mau, liat saja ogah…
                Manusia 3 dan keaksihnya setelah meledek paiman, kemudian menghilang dari peredaran area panggung. Paiman yang tidak tau harus bagaimana lagi, bingung harus bagaimana lagi mendapatkan uang, akhirnya melampiaskan amarahnya pada sepatu kebanggaannya.
Paiman : dasar membawa terkutuk…( di lemparkannya sepatu itu keluar panggung )
                Paiman yang kelaparan dan kehausan akhirnya terkelapar tergeletak tak berdaya cahaya panggung mulai meredup.

Babak ke 3
                Suasana panggung yang hening banyak mayat-mayat tergeletak…terkelapar…akibat bencana yang baru saja menimpa mereka dengan ditemani manusia kumuh. Sepatu yang terlempar tadi menjelma menjadi manusia yang cantik jelita menolong mayat-mayat itu dengan suaranya yang merdu membangunkan mayat-mayat itu. Mayat-mayat itu tablo berdiri menghayati nyanyiannya yang menusuk kalbu untuk meneteskan air mata.

sebening tetes air mata…..keseti…aan jati diri…
menembus cakrawala kegelapan…
mayat-mayat menyombongkan diri…
Berhakkah….pantaskah…..
Aku…. memuja-memujimu…..
mengagungkan pemilikku….
Yang telah mencampahkanku…
Yang tlah meludahiku…..
Yang telah menepisku….
dengan dentuman ultimatum yang merobek warnaku..
Pantaskah….aku meneteskan airmata ku…
diaatas …diatas…jasadmu…..
Aku terluka…
aku merajut puing-puing dengan darahku …
dengan warnaku di talam kehancuran..
Aku…..sudah sirna…di mata…ibamu….

                Mayat-mayat yang tablo hanya bisa meneteskan airmata. Kemudian datanglah sesosok manusia gagah menjemput gadis jelmaan sepatu itu, dan dibawanya ia keluar panggung. Mayat-mayat yang masih berdiri tablo secara bergantian melirihkan sebait puisi.
Kaki melangkah tiada bertapak
Takut injak duri kehidupan
Tiada bertepi  langkah...
 tetap menelusur jejak para leluhur
yang telah terbekas dalam tanah
tanah yang kini bercampur
dengan bangkai-bangkai teori yang membusuk akan kehormatan
hanya bisa berharap
 pada kain kafan yang membungkus kesmbongan
pada setiap kaum

                Manusia kumuh yang tersimpuh diatas tanah peradabannya menambah sebait kata “ kaki inilah yang menjadi saksi…pijakan tanah yang beralas merah putih…yang ketamakan demi ketamakan merajut menjadi atmosfir yang sesakkan alam ragu jiwa ini meneteskan air mata kebanggaan..pada alam gemah ripa loh jinawi…karena keibaan telah membeku..”
                Mayat-mayat yang tablo tersungkur kembali tergeletak seperti awalnya dan manusia kumuh tersimpuh di atas tanah memandang penonton yang dianggap dunianya yang fana.  Lampu mulai meredup.

Babak 4
                Suasana hening, lampu menyoroti paiman yang tergeletak di bangunkah oleh manusia gagah dan tampan. Paiman tersentak kaget dan terbangun dari tidur panjangnya karena kelaparan dan kehausan.
Paiman : Astaga…
Manusia gagah : silakan diminum ( disodorkan gelasnya ) sepertinya anda kehausan.
Paiman : terimakasi..anda siapa ?
Manusia gagah : saya takashimoto, ni saya punya makanan, silakan di makan pak.
Paiman : terimakasi banyak..( sambil melahapnya seperti kayak orang kelaparan ) kenapa kaki anda itu?
Manusia gagah : oh ini tadi saya kena paku dijalan, ni sandal saya robek sampai perti ini.
Paiman : kenapa gak anda buang saja, kan kualitasnya jelek, gampang mendatangkan bencana sandal jepit itu..
Manusia gagah : benar sekali…sandal ini memang sering mendatangkan bencana untuk saya, tapi sandal ini yang memberi kenyaman pada diri saya kemanapun. Jadi saya tidak bisa membuangnya, saya harus merawatnya untuk lebih baik lagi agar tidak mudah kena bencana. Karena sandal ini tidak salah tapi kelalaiankulah yang tidak hati-hati memakainya dan  merusaknya perti ini. Untuk itu saya membawanya untuk saya perbaiki lagi.
                Paiman menatapnya terheran dengan tindakannya merawat barangnya dengan baik.
Manusia gagah : pak sudah dulu yah saya mau daerah seberang, untuk perbaiki kerusakannya dan mengambil sesuatu yang saya perbaiki disana juga, silakan di habiskan…permisi…
Paiman : ia..silakan…terimakasi banyak anak muda…..
                Paiman merenungkan perkataan si manusia gagah itu. Kemudian datanglah manusia gagah itu, menggandeng gadis cantik jelmaan sepatu kotor tadi melintasi paiman. Paiman terbelalak terkesima melihat kecantikan sepatunya yang sama perti dulu sebelum dia buang.
Manusia gagah : permisi pak….
Paiman : pertiwi…..sepatuku merah putih… ( sambil meraih tangan jelmaan sepatu itu )
Manusia gagah : maaf tuan namanya bukan merah putih ato pertiwi yang pean sebutkan tadi, tapi dia pink. Gabungan dari tekstur warna putih dan merah pada fisiknya…permisi tuan..( sambil membawanya keluar gadis jelmaan sepatu itu )
Paiman : ha…pertiwi…pertiwi….
                Hanya penyesalanlah yang mengantarkan ending pementasan Rajaman kelalaian.


Surabaya, 25 maret 2011
Karya : Puji Dewi Murtatik

Free Template Blogger Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Digg it StumbleUpon del.icio.us

0 komentar:

Posting Komentar