Sejak matahari dan bintangku naik lebih tinggi dari jasad,
aku bertambah bahagia
mengelana dari hakikat ke hakikat..
Aku telah lenyap dalam hakikat
maka,bertambah nikmat kurasa.
Aku tak kan kembali pada jasad,,aku tak akan peduli pada dunia bau dan warna.
Aku luluh dalam makna-makna
hingga..
Akupun sewarna dengan dia,
karena makna bagai air dan aku gula
tiadalah hati seseorang akan bosan pada kehidupan jiwanya sendiri.
Tentu akupun tak akan mengingat jasad karena kenyataan ini.
Aku berjalan-jalan dari taman ke taman
bersama mereka yg serba ruhani, indah bagai mawar merah, dan segar permai bagai teratai.
Aku gelombang bagi kapal jasadku.
Kupecahkan kapal itu papan demi papan.
Kuhempaskan diri, bila aku berlabuh pada jiwaku sendiri.
Bila karena penderitaan aku lemah dalam urusanku,
maka sepat dari laut menggelombang nyala apiku.
Aku tertawa bahagia kencana ditengah apinya,
karena bila aku keluar dari api itu,
aku pun mengeras bagai emas.
Bagai ular karena mantera pesona
aku tunduk pada ketentuannya
(saudara, apakah yang kan menimpa diriku dari ketentuannya?)
aku bosan pada jasad, aku mendekati sifat-sifat.
setiap sifat berkata padaku,
"masuklah kau, karena aku lautan hijau."
Syams-i Tabriz, aku punya kerajaan bagai iskandar.
Berdirilah karena rahmat aku panglima angkatan makna.
Free Template Blogger
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO